O'clock

Senin, 05 Maret 2012

Pengorbanan kedua orang tua

"Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu
jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka
janganlah sekali-kali kamu
mengatakan 'ah' dan janganlah
kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik." (QS al-
Isra` [17]: 23) Begitu
santunnya Islam mengajarkan
penghormatan kepada orang
tua. Bukan saja dari raut muka,
bahkan perkataan "ah!
" saja sudah terlarang. Apalagi
menghardik dan bersikap keras
atau kasar. Bahkan kita dilarang
untuk memaki ibu bapak orang
lain, sebab setiap kali kita
memaki-maki orang tua orang
lain, maka bisa jadi akan
mengundang orang itu untuk
memaki orang tua kita. Dan itu
adalah kezaliman bagi orang
tua. Harusnya kata-kata yang
mulia saja yang keluar dari lisan
kita. Kalau saja kita mau secara
jujur merenungi jasa dan
pengorbanan orang tua,
terlebih ibu kita, niscaya akan
kita temui betapa tidak
ternilainya kasih sayang
mereka.
Bayangkan! Sewaktu di perut
ibu, sembilan bulan kita
menghisap darahnya. Saat itu,
ibu sulit berdiri dan berjalan
pun berat, bahkan
berbaringpun sakit. Tiga bulan
pertama mual dan muntah
karena ada kita di perutnya.
Ketika kita akan terlahir ke
dunia, ibu meregang nyawa
antara hidup dan mati.
Meskipun bersimbah darah dan
sakit tiada terperi, tapi ibu
tetap rela dengan kehadiran
kita. Setelah lahir, satu persatu
jari kita dihitungnya dan
dibelainya. Di tengah rasa sakit,
beliau tiba-tiba tersenyum
dengan lelehan air mata
bahagia melihat kita terlahir.
Dan saat itu pula ibu
menyangka akan lahir anak
yang saleh yang
memuliakannya.
Coba kita renungkan kembali!
Pada waktu kita masih bayi,
tidak kenal siang dan malam
kita berbaring dan bangun
sesuka hati. Padahal ibu kita
hampir tidak tidur semalam
suntuk. Rasanya, beliau tidak
rela bila ada satu ekor nyamuk
pun yang mengigit tubuh kita.
Ketika kita mulai kecil mulai
nakal, ibu bahagia
memamerkan diri kita kepada
tetangga-tetangganya.
Walaupun untuk itu beliau
begitu direpotkan, berutang
sana sini agar kita punya
sepatu dan berpakaian layak.
Ketika menjelang sekolah, ibu
dan ayah sungguh-sungguh
membanting tulang mencari
nafkah, agar kita bisa sekolah
seperti anak-anak yang lain.
Walaupun mereka harus
menahan lapar, namun puas
asal anak-anaknya bisa
kenyang. Dalam kenyataannya,
seiring pertumbuhan kita, tidak
sebaik itu bakti kita kepada
mereka. Semakin lama kita
semakin besar, mata jadi sering
sinis kepada orang tua.
Jangankan mencium tangan
ibunda, untuk sebuah senyum
pun kita terkadang berat untuk
melakukannya. Bahkan ucapan
dan tindakan kita seakan
seperti pisau yang sering
mengiris hatinya. Lebih dari itu,
sering seorang anak begitu
mudah menyuruh-nyuruh
orang tuanya.
Tak ubahnya seperti pesuruh
yang dihormati sekadarnya.
Padahal tenaga, keringat, dan
darah mereka habis untuk
membela kita. Lebih parah lagi,
ada sebagian anak yang tidak
mau memuliakan orang tuanya.
Manakala orang tua semakin
jompo dan si anak tidak mau
mengurusnya, maka dititipkan
orang tuanya di panti jompo,
astagfirullah. Ini adalah
perbuatan yang sangat tercela.
Padahal dulu kita sangat
menyusahkannya. Harusnya
semua itu diingat-ingat. Maka
tak heran jika ada anak yang
durhaka, anak yang tidak tahu
balas budi, hidupnya di dunia
ini akan diliputi penderitaan.
Kita sering mendengar, betapa
hukuman-hukuman Allah
langsung diberikan pada anak-
anak yang sering menzalimi
orang tuanya.
Oleh karena itu, marilah kita
berusaha untuk selalu
mengenang kembali semua
untaian pengorbanan orang
tua. Beruntunglah bagi
siapapun yang orang tuanya
masih ada, karena jika orang
tua sudah terbungkus kain
kafan, kita tidak bisa lagi
mencium tangannya atau
menatap wajahnya. Karena itu
kita harus memiliki tekad yang
sangat kuat untuk berbakti
pada orang tua. Minimal kita
berhenti menyakiti hati orang
tua hingga tidak ada luka yang
ditoreh di hatinya. Syukur kalau
kita sudah bisa
menyenangkannya dan
diberkahi manfaat besar bagi
dunia dan juga akhiratnya.
Dalam hal ini, yang paling
penting dalam menghormati
mereka bukan hanya dengan
memberi harta. Namun yang
paling dibutuhkan adalah
akhlak dari anaknya.
Apalah artinya anak kaya, anak
bergelar, anak berpangkat,
tetapi tidak berakhlak kepada
ibu bapaknya? Dan akhlak inilah
sebenarnya kekayaan termahal
yang bisa membuat sang anak
doanya diijabah oleh Allah Azza
wa Jalla, sehingga bisa
menyelamatkan serta
memuliakan ibu bapaknya.
Betapa yang dirindukan orang
tua itu senyum manis yang
tulus dari anaknya serta
ketawadhuan. Subahanallah
Marilah kita semua menjadi
anak yang berbakti kepada
kedua orangtua, menjadi anak
yang berakhlak mulia patuh
pada Agama dan
Bangsa....Amien.
Sumber : Islam - Inside

0 komentar:

Posting Komentar